Ekspansi islam ke luar jazirah arab
Ekspansi Islam ke Luar Jazirah Arab
A. PENDAHULUAN
Islam menjadi agama yang sangat fenomenal ketika dalam waktu relatif singkat sejak kelahirannya mampu menyebar ke berbagai penjuru dunia. Hal inilah pula yang membuat tertarik Michael H. Hart untuk meneliti Nabi Muhammad sebagai seorang nabi pembawa agama Islam sehingga menempatkan beliau sebagai orang nomor satu yang paling berpengaruh di dunia.[1]
Namun di balik keberhasilannya tersebut, tak urung muncul pula tudingan bahwa Islam bisa menyebar sedemikian rupa karena disebarkan lewat jalan kekerasan atau –dalam bahasa konotatif lewat– pedang. Namun apakah memang begitu faktanya? Inilah salah satu hal yang juga ingin dikupas dalam makalah ini.
B. PERLUASAN ISLAM KE LUAR JAZIRAH ARAB
1. Di mana Jazirah Arab?
Semenanjung atau jazirah adalah formasi geografis yang terdiri atas pemanjangan daratan dari badan daratan yang lebih besar (misalnya pulau atau benua) yang dikelilingi oleh air pada 3 sisinya. Secara umum, semenanjung adalah tanjung yang (sangat) luas. Sedangkan tanjung sendiri adalah daratan yang menjorok ke laut, atau daratan yang dikelilingi oleh laut di ketiga sisinya.[2]
Jazirah Arab adalah sebuah jazirah (semenanjung besar) di Asia Barat Daya pada persimpangan Afrika dan Asia. Perbatasan pesisir jazirah ini ialah: di barat daya Laut Merah dan Teluk Aqabah; di tenggara Laut Arab; dan di timur laut Teluk Oman dan Teluk Persia. Secara politik, Jazirah Arab terdiri dari negara Arab Saudi, Kuwait, Yaman, Oman, Uni Emirat Arab, Qatar, dan Bahrain. Sedangkan secara geologi, daerah ini lebih tepat disebut Anak Benua Arab sebab memiliki plat tektonik tersendiri, Plat Arab.[3]
Negara Arab Saudi meliputi hampir seluruh Jazirah Arab. Kebanyakan penduduk jazirah ini tinggal di Arab Saudi dan Yaman. Jazirah ini mengandung sejumlah besar minyak bumi dan merupakan tempat kota suci Islam, Mekkah dan Madinah, keduanya di Arab Saudi. Uni Emirat Arab dan Qatar merupakan tempat stasiun televisi berbahasa Arab utama seperti Al-Jazeera. [4]
Terkadang istilah Timur Tengah digunakan pada jazirah saja, namun biasanya merujuk pada daerah yang lebih besar; istilah Arab, bagaimanapun, sering digunakan merujuk hanya pada Arab Saudi. Di waktu lain istilah Arab bisa berarti seluruh Dunia Arab, terbentang dari Maroko di barat sampai Oman di timur. [5]
2. Usaha Ekspansi Islam ke Luar Jazirah Arab
Sebelum Nabi Muhammad wafat pada tanggal 8 Juni 632 M,[6] seantero Jazirah Arab telah dapat ditaklukkan di bawah kekuasaan Islam. Usaha ekspansi ke luar jazirah Arab kemudian dimulai oleh khalifah pengganti Nabi Muhammad SAW, yaitu Abu Bakar Shiddiq.[7]
Setelah melewati masa-masa sulit di awal pemerintahannya karena harus menumpas pemberontakan kaum murtad dan pembangkang zakat, Abu Bakar kemudian mulai mengirimkan kekuatan militer ke berbagai negeri di luar jazirah Arab. Khalid bin Walid yang dikenal dengan gelar Pedang Allah, dikirim ke Irak sehingga dapat menduduki Al-Hirah pada tahun 12 H yang waktu itu di bawah kekuasaan Imperium Persia.[8]
Sedangkan ke Palestina, Abu Bakar mengirimkan balatentara di bawah pimpinan Amr bin al-Ash. Sementara ke Syam,[9] sang khalifah mengirimkan balatentara di bawah pimpinan tiga orang, yaitu Yazid bin Abi Sufyan, Abu Ubaidah bin al-Jarrah, dan Syurahbil bin Hasanah. Karena mendapat perlawanan sengit pasukan Romawi yang menguasai wilayah itu, pasukan Islam pun kewalahan. Akhirnya untuk menambah kekuatan militer yang dipimpin ketiga jenderal itu, Khalid bin Walid yang telah berhasil menaklukkan Irak diperintahkan Abu Bakar untuk meninggalkan negara itu dan berangkat ke Syam.[10]
Setelah Khalid bin Walid berhasil menaklukkan Syam, ia kemudian bersama Yazid bin Abi Sufyan dan Syurahbil bin Hasanah berangkat menuju Palestina untuk membantu Amr bin al-Ash dalam menghadapi pasukan Romawi. Kedua pasukan pun akhirnya terlibat peperangan yang sengit di daerah Ajnadin. Karena itulah, peperangan ini dalam sejarah Islam dikenal dengan nama Perang Ajnadin.
Setelah Abu Bakar wafat pada tahun 13 H karena sakit,[12] ekspansi tetap dilanjutkan oleh khalifah berikutnya, Umar bin Khattab. Pada era Umarlah gelombang ekspansi pertama pun dimulai. Wilayah demi wilayah di luar jazirah dapat ditaklukkan. Pada tahun 14 H, Abu Ubaidah bin al-Jarrah bersama Khalid bin Walid dengan pasukan mereka berhasil menaklukkan kota Damaskus dari tangan kekuasaan Bizantium.[13] Selanjutnya, dengan menggunakan Suriah sebagai basis pangkalan militer, ekspansi diteruskan ke Mesir di bawah pimpinan Amr bin al-Ash.[14] Sedangkan ke wilayah Irak, Umar bin Khattab mengutus Sa’ad bin Abi Waqqash untuk menjadi gubernur di sana.[15]
Pada tahun 640 M, Babilonia[16] juga dikepung oleh balatentara Islam. Sedangkan pasukan Bizantium yang menduduki Heliopolis mampu dikalahkan sehingga Alexandria dikuasai oleh pasukan Islam pada tahun 641 M. Tak pelak, Mesir pun jatuh ke tangan imperium Islam. Amr bin al-Ash yang menjadi komandan perang Islam lantas menjadikan tempat perkemahannya yang terletak di luar tembok Babilon sebagai ibukota dengan nama Al-Fustat.[17]
Di masa gelombang ekspansi pertama ini, Al-Qadisiyah, sebuah kota yang terletak dekat Al-Hirah di Irak, dapat dikuasai oleh imperium Islam pada tahun 15 H.[18] Dari kota itulah, ekspansi Islam berlanjut ke Al-Madain (Ctesiphon), ibukota Persia hingga dapat dikuasai. Karena Al-Madain telah jatuh direbut pasukan Islam, Raja Sasan Yazdagrid III akhirnya menyelamatkan diri ke sebelah Utara.[19] Selanjutnya pada tahun 20 H, kota Mosul yang notabene masih dalam wilayah Irak juga dapat diduduki.[20]
Gelombang ekspansi pertama di era Umar bin Khattab menjadikan Islam sebagai sebuah imperium yang tidak hanya menguasai jazirah Arab, tapi juga Palestina, Suriah, Irak, Persia, dan Mesir. Saat pemerintahan Umar bin Khattab berakhir karena ia wafat terbunuh pada tahun 23 H,[21] Usman bin Affan sebagai khalifah ketiga tetap meneruskan kebijakan penaklukan ke berbagai wilayah di luar jazirah Arab. Meski pada zaman Umar bin Khattab telah dikirim balatentara ke Azerbaijan dan Armenia, pada era Usman bin Affanlah, yaitu pada tahun 23 H, kedua wilayah baru berhasil dikuasai saat ekspansi dipimpin oleh al-Walid bin Uqbah.[22]
Ketika Usman bin Affan menghadapi turbulensi politik di dalam negeri hingga akhirnya ia mati terbunuh pada tahun 35 H,[23] Ali bin Abi Thalib pun naik ke tampuk kekuasaan sebagai khalifah keempat. Sayang suhu politik di pusat kekuasaan Islam semakin tinggi sehingga terjadi beberapa pemberontakan seperti yang dipimpin oleh Aisyah dalam Perang Jamal pada tahun 36 H.[24] Tak ayal, Ali bin Thalib mau tak mau harus menumpas pemberontakan tersebut. Pada gilirannya, hal itu menguras kekuatan militer Islam sehingga akhirnya gelombang pertama ekspansi Islam ke luar jazirah Arab pun berhenti.
Sumber:racheedus.wordpress.com
A. PENDAHULUAN
Islam menjadi agama yang sangat fenomenal ketika dalam waktu relatif singkat sejak kelahirannya mampu menyebar ke berbagai penjuru dunia. Hal inilah pula yang membuat tertarik Michael H. Hart untuk meneliti Nabi Muhammad sebagai seorang nabi pembawa agama Islam sehingga menempatkan beliau sebagai orang nomor satu yang paling berpengaruh di dunia.[1]
Namun di balik keberhasilannya tersebut, tak urung muncul pula tudingan bahwa Islam bisa menyebar sedemikian rupa karena disebarkan lewat jalan kekerasan atau –dalam bahasa konotatif lewat– pedang. Namun apakah memang begitu faktanya? Inilah salah satu hal yang juga ingin dikupas dalam makalah ini.
B. PERLUASAN ISLAM KE LUAR JAZIRAH ARAB
1. Di mana Jazirah Arab?
Semenanjung atau jazirah adalah formasi geografis yang terdiri atas pemanjangan daratan dari badan daratan yang lebih besar (misalnya pulau atau benua) yang dikelilingi oleh air pada 3 sisinya. Secara umum, semenanjung adalah tanjung yang (sangat) luas. Sedangkan tanjung sendiri adalah daratan yang menjorok ke laut, atau daratan yang dikelilingi oleh laut di ketiga sisinya.[2]
Jazirah Arab adalah sebuah jazirah (semenanjung besar) di Asia Barat Daya pada persimpangan Afrika dan Asia. Perbatasan pesisir jazirah ini ialah: di barat daya Laut Merah dan Teluk Aqabah; di tenggara Laut Arab; dan di timur laut Teluk Oman dan Teluk Persia. Secara politik, Jazirah Arab terdiri dari negara Arab Saudi, Kuwait, Yaman, Oman, Uni Emirat Arab, Qatar, dan Bahrain. Sedangkan secara geologi, daerah ini lebih tepat disebut Anak Benua Arab sebab memiliki plat tektonik tersendiri, Plat Arab.[3]
Negara Arab Saudi meliputi hampir seluruh Jazirah Arab. Kebanyakan penduduk jazirah ini tinggal di Arab Saudi dan Yaman. Jazirah ini mengandung sejumlah besar minyak bumi dan merupakan tempat kota suci Islam, Mekkah dan Madinah, keduanya di Arab Saudi. Uni Emirat Arab dan Qatar merupakan tempat stasiun televisi berbahasa Arab utama seperti Al-Jazeera. [4]
Terkadang istilah Timur Tengah digunakan pada jazirah saja, namun biasanya merujuk pada daerah yang lebih besar; istilah Arab, bagaimanapun, sering digunakan merujuk hanya pada Arab Saudi. Di waktu lain istilah Arab bisa berarti seluruh Dunia Arab, terbentang dari Maroko di barat sampai Oman di timur. [5]
2. Usaha Ekspansi Islam ke Luar Jazirah Arab
Sebelum Nabi Muhammad wafat pada tanggal 8 Juni 632 M,[6] seantero Jazirah Arab telah dapat ditaklukkan di bawah kekuasaan Islam. Usaha ekspansi ke luar jazirah Arab kemudian dimulai oleh khalifah pengganti Nabi Muhammad SAW, yaitu Abu Bakar Shiddiq.[7]
Setelah melewati masa-masa sulit di awal pemerintahannya karena harus menumpas pemberontakan kaum murtad dan pembangkang zakat, Abu Bakar kemudian mulai mengirimkan kekuatan militer ke berbagai negeri di luar jazirah Arab. Khalid bin Walid yang dikenal dengan gelar Pedang Allah, dikirim ke Irak sehingga dapat menduduki Al-Hirah pada tahun 12 H yang waktu itu di bawah kekuasaan Imperium Persia.[8]
Sedangkan ke Palestina, Abu Bakar mengirimkan balatentara di bawah pimpinan Amr bin al-Ash. Sementara ke Syam,[9] sang khalifah mengirimkan balatentara di bawah pimpinan tiga orang, yaitu Yazid bin Abi Sufyan, Abu Ubaidah bin al-Jarrah, dan Syurahbil bin Hasanah. Karena mendapat perlawanan sengit pasukan Romawi yang menguasai wilayah itu, pasukan Islam pun kewalahan. Akhirnya untuk menambah kekuatan militer yang dipimpin ketiga jenderal itu, Khalid bin Walid yang telah berhasil menaklukkan Irak diperintahkan Abu Bakar untuk meninggalkan negara itu dan berangkat ke Syam.[10]
Setelah Khalid bin Walid berhasil menaklukkan Syam, ia kemudian bersama Yazid bin Abi Sufyan dan Syurahbil bin Hasanah berangkat menuju Palestina untuk membantu Amr bin al-Ash dalam menghadapi pasukan Romawi. Kedua pasukan pun akhirnya terlibat peperangan yang sengit di daerah Ajnadin. Karena itulah, peperangan ini dalam sejarah Islam dikenal dengan nama Perang Ajnadin.
Setelah Abu Bakar wafat pada tahun 13 H karena sakit,[12] ekspansi tetap dilanjutkan oleh khalifah berikutnya, Umar bin Khattab. Pada era Umarlah gelombang ekspansi pertama pun dimulai. Wilayah demi wilayah di luar jazirah dapat ditaklukkan. Pada tahun 14 H, Abu Ubaidah bin al-Jarrah bersama Khalid bin Walid dengan pasukan mereka berhasil menaklukkan kota Damaskus dari tangan kekuasaan Bizantium.[13] Selanjutnya, dengan menggunakan Suriah sebagai basis pangkalan militer, ekspansi diteruskan ke Mesir di bawah pimpinan Amr bin al-Ash.[14] Sedangkan ke wilayah Irak, Umar bin Khattab mengutus Sa’ad bin Abi Waqqash untuk menjadi gubernur di sana.[15]
Pada tahun 640 M, Babilonia[16] juga dikepung oleh balatentara Islam. Sedangkan pasukan Bizantium yang menduduki Heliopolis mampu dikalahkan sehingga Alexandria dikuasai oleh pasukan Islam pada tahun 641 M. Tak pelak, Mesir pun jatuh ke tangan imperium Islam. Amr bin al-Ash yang menjadi komandan perang Islam lantas menjadikan tempat perkemahannya yang terletak di luar tembok Babilon sebagai ibukota dengan nama Al-Fustat.[17]
Di masa gelombang ekspansi pertama ini, Al-Qadisiyah, sebuah kota yang terletak dekat Al-Hirah di Irak, dapat dikuasai oleh imperium Islam pada tahun 15 H.[18] Dari kota itulah, ekspansi Islam berlanjut ke Al-Madain (Ctesiphon), ibukota Persia hingga dapat dikuasai. Karena Al-Madain telah jatuh direbut pasukan Islam, Raja Sasan Yazdagrid III akhirnya menyelamatkan diri ke sebelah Utara.[19] Selanjutnya pada tahun 20 H, kota Mosul yang notabene masih dalam wilayah Irak juga dapat diduduki.[20]
Gelombang ekspansi pertama di era Umar bin Khattab menjadikan Islam sebagai sebuah imperium yang tidak hanya menguasai jazirah Arab, tapi juga Palestina, Suriah, Irak, Persia, dan Mesir. Saat pemerintahan Umar bin Khattab berakhir karena ia wafat terbunuh pada tahun 23 H,[21] Usman bin Affan sebagai khalifah ketiga tetap meneruskan kebijakan penaklukan ke berbagai wilayah di luar jazirah Arab. Meski pada zaman Umar bin Khattab telah dikirim balatentara ke Azerbaijan dan Armenia, pada era Usman bin Affanlah, yaitu pada tahun 23 H, kedua wilayah baru berhasil dikuasai saat ekspansi dipimpin oleh al-Walid bin Uqbah.[22]
Ketika Usman bin Affan menghadapi turbulensi politik di dalam negeri hingga akhirnya ia mati terbunuh pada tahun 35 H,[23] Ali bin Abi Thalib pun naik ke tampuk kekuasaan sebagai khalifah keempat. Sayang suhu politik di pusat kekuasaan Islam semakin tinggi sehingga terjadi beberapa pemberontakan seperti yang dipimpin oleh Aisyah dalam Perang Jamal pada tahun 36 H.[24] Tak ayal, Ali bin Thalib mau tak mau harus menumpas pemberontakan tersebut. Pada gilirannya, hal itu menguras kekuatan militer Islam sehingga akhirnya gelombang pertama ekspansi Islam ke luar jazirah Arab pun berhenti.
Sumber:racheedus.wordpress.com
Komentar
Posting Komentar